RSS

Tentang Anak

@ Mencegah Anak Mengompol Saat Tidur

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Masalah anak yang mengompol dihadapi oleh banyak orangtua setiap malamnya. Mengompol biasanya terjadi pada anak-anak hingga menginjak remaja. Ada anak yang dengan sendirinya berhenti mengompol, tapi ada juga yang harus diberi perawatan terlebih dahulu. Bagaimana mencegah anak mengompol saat tidur?

Saat ini belum dapat dipastikan apa penyebab anak mengompol dan mengapa bisa berhenti dengan sendirinya, tapi ini merupakan bagian dari perkembangan anak yang alami. Rata-rata anak yang mengompol bukan sebagai gejala adanya masalah kesehatan.

Mengompol dikenal dalam istilah medis dengan enuresis, merupakan masalah umum yang biasa terjadi pada anak di bawah usia 6 tahun. Kadang anak-anak yang masih mengompol merasa malu dan bersalah dengan orangtuanya serta perasaan ketakutan jika sedang pergi menginap bersama-sama teman-temannya.

Rata-rata mengompol akan berhenti dengan sendirinya, tapi masalah ini kadang membuat anak merasa tidak nyaman. Penting bagi orangtua untuk memberikan dukungan dan kata-kata positif agar anak terbebas dari masalah ini.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah anak mengompol saat tidur, seperti dikutip dari Kidshealth, Rabu (16/9/2009), yaitu:

  1. Biasakan anak untuk pergi buang air kecil di kamar mandi sebelum tidur.
  2. Cobalah untuk memberikan anak minum lebih banyak pada saat siang hari dan jumlah yang sedikit pada saat malam hari, terutama 2 sampai 3 jam sebelum tidur.
  3. Jangan memberikan anak minuman yang mengandung kafein pada malam hari, seperti soda atau teh. Karena bisa meningkatkan frekuensi produksi urine.
  4. Cobalah menggunakan alarm untuk membangunkan anak pada malam hari untuk pergi ke kamar mandi.
  5. Berilah pujian atau hadiah seperti buku, alat sekolah atau barang yang berguna, jika anak berhasil tidak mengompol.

Hal terpenting yang harus dilakukan orangtua adalah jangan berteriak atau memarahi anak jika mengompol, tapi berilah hukuman dengan cara harus mengganti seprai tempat tidurnya sendiri.

 

@ Berapa Lama Waktu Tidur yang Dibutuhkan Anak?

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Setiap orang memiliki jumlah jam tidur yang berbeda-beda, selama ini orang hanya mengatakan tidur yang cukup adalah selama 8 jam sehari. Tapi hal ini tidak berlaku untuk anak-anak, karena semakin muda usia sang anak maka jam tidurnya semakin banyak.

Para ahli menetapkan waktu tidur dengan benar bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur bayi dan balita. Anak-anak yang tidak mendapatkan tidur cukup akan berdampak kepada kepribadian, memori, perhatian dan emosi sang anak. Biasanya anak akan mudah marah, tidak bisa berkonsentrasi dan memiliki memori yang lemah.

Berikut ini jumlah jam tidur yang dibutuhkan anak-anak berdasarkan usianya menurut National Sleep Foundation:

  1. Bayi baru lahir berusia 2 bulan membutuhkan tidur 10,5 sampai 18 jam.
  2. Bayi 3 bulan sampai 11 bulan membutuhkan tidur 9 sampai 12 jam dan ditambah dengan tidur siang.
  3. Anak usia 1 sampai 3 tahun membutuhkan tidur 12 sampai 14 jam.
  4. Anak usia 3 sampai 5 tahun membutuhkan tidur 11 sampai 13 jam.
  5. Anak usia 5 sampai 12 tahun membutuhkan tidur 10 sampai 11 jam.
  6. Anak remaja membutuhkan tidur setidaknya 8,5 sampai 9,5 jam.
  7. Dewasa membutuhkan tidur 7 sampai 9 jam.

Setiap orang yang mendapatkan jumlah yang cukup akan merasa bahagia saat terbangun pagi harinya, termasuk anak-anak. Jika anak mendapatkan jumlah tidur yang cukup maka anak akan bersemangat pergi ke sekolah, bisa menerima pelajaran dengan baik dan keuntungan lainnya.

“Masalah pola dan rutinitas tidur biasanya terjadi karena proses jangka panjang yang tanpa disadari telah menjadi suatu kebiasaan,” ujar Lauren Hale, seorang asisten profesor di Stony Brook University Medical Center, New York, seperti dikutip dari CNN, Selasa (15/9/2009).

Agar anak memiliki pola tidur yang tepat, biasakan untuk menyuruh anak masuk ke kamar tidur satu jam sebelum waktu tidurnya. Dan jangan membiasakan anak tertidur karena menonton televisi atau membaca buku cerita, serta usahakan anak tidur dengan nyenyak.

 

@ Menaklukkan Anak Pembangkang

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Orangtua kadang suka sangat kesal jika sang anak tidak mau menuruti kata-katanya atau membangkang. Anak yang membangkang biasanya merupakan bentuk dari kebebasannya serta untuk mengembangkan identitasnya. Anak yang membangkang tidak bisa dilawan dengan kekerasan, tapi harus dengan cara yang lembut dan sabar.

Untuk bisa memahami kebiasaan dari si anak, orangtua memerlukan cara untuk memberikan respons yang benar. Anak yang memiliki masalah dengan kelakuannya khususnya membangkang, bisa jadi sulit untuk ditangani, karena anak-anak sering memberikan argumen dan reaksi emosional yang keras kepada orang tuanya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk menangani anak yang membangkang, seperti dikutip dari eHow, Kamis (24/9/2009):

  1. Persiapkan diri untuk menerima reaksi yang tidak diharapkan. Anak yang membangkang memiliki ketrampilan untuk melawan pada waktu yang tidak bisa ditentukan. Jadi orangtua harus mempersiapkan diri untuk mengatasi perlawanan dari sang anak dan cara menentang anak yang selalu tidak bisa diprediksi.
  2. Menghindari memberikan argumen balik ke anak. Hal ini bisa memicu timbulnya masalah, kadang anak pembangkang menemukan argumen yang bisa memicu orangtua untuk memberikan argumen balik. Sebaiknya orangtua cukup mengatakan bahwa “Saya sangat mencintaimu untuk melakukan argumentasi denganmu, dan kita akan berbicara kembali setelah merasa tenang”.
  3. Fokus tentang apa yang harus dilakukan. Untuk itu hindari pernyataan yang tidak bisa dikontrol oleh orangtua. Jika ingin menyuruh anak mengerjakan tugas sekolah, orangtua bisa mengatakan “Tugas sekolah lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton televisi, jika tidak mau mengerjakan tugas maka televisi akan dimatikan”.
  4. Jika orangtua mulai kehilangan kendali, ambilah sedikit waktu untuk menenangkan diri. Berseteru dengan anak sendiri bisa menghabiskan energi tersendiri. Jika orangtua tidak tenang dan tidak bisa mengontrol diri, maka perseteruan tersebut bisa melukai orangtua dan anak itu sendiri.
  5. Orangtua harus tetap mempertahankan sikap positif. Konsekuensi yang harus diberikan adalah mengajarkan anak untuk memikirkan dampak dari sikapnya tersebut terhadap kehidupan dan hubungannya dengan siapapun. Hal ini penting untuk menjaga indra kebebasan si anak dan secara langsung akan mengajarkan anak mengenai hal-hal positif serta bisa fokus terhadap pilihannya.
  6. Menghindari penggunaan sindiran yang tajam. Kata-kata sindiran dan teriakan saat berseteru bisa membahayakan hubungan antara orangtua dengan anak.
  7. Cobalah memberikan penghargaan yang positif saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtuanya. Dengan pemberian hadiah tersebut bisa menjadi awal untuk membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.

 

@ Penyebab Anak Suka Menggigit

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Bagi yang baru pertama kali menjadi orangtua mungkin akan kaget begitu mengetahui bahwa anaknya suka sekali menggigit. Bukan hanya orangtuanya yang suka digigit, tapi bisa juga orang lain. Kadang hal ini membuat orangtua menjadi malu dengan orang lain.

Mempunyai anak yang memiliki kelakuan agresif merupakan bagian yang normal dalam hal perkembangan anak, sama seperti perkembangan kemampuan berbicara, berjalan ataupun perkembangan fisik lainnya.

Meskipun dianggap normal tapi sebaiknya tidak diacuhkan, beritahu anak bahwa kelakuan agresif seperti suka menggigit tersebut tidak bagus dan tunjukkan cara lain untuk mengekspresikan perasaannya.

Ada beberapa alasan kenapa anak suka menggigit, seperti dikutip dari Pediatrics, Rabu (9/9/2009):
1. Dalam tahap eksplorasi. Bayi dan anak yang baru bisa berjalan akan belajar melalui sentuhan, penciuman, apa yang didengar dan apa yang dirasakan. Jika orangtua memberikan suatu barang baru maka anak akan memasukkannya ke dalam mulut, hal ini biasa dilakukan oleh semua anak-anak. Dan kebiasaan tersebut biasanya terbawa hingga suka menggigit orang.

2. Jika ingin tumbuh gigi. Anak usia 4 sampai 7 bulan merupakan usia seorang anak mulai tumbuh gigi. Gusi yang bengkak atau gatal akan memberikan perasaan tidak nyaman pada anak, sehingga anak akan mencari pelampiasan untuk terbebas dari perasaan tidak nyaman itu yang kadang obyek yang digunakannya adalah orang.

3. Karena ingin protes terhadap sesuatu. Pada anak usia sekitar 12 bulan lebih akan mencari sesuatu yang menarik dan bisa membuatnya senang. Misalnya dengan memainkan sendok dan menjatuhkannya ke lantai atau membuang mainannya. Namun hal ini biasanya memicu kemarahan orangtua dan melarang hal tersebut. Untuk menunjukkan bentuk protesnya biasanya anak-anak akan menggigit orangtuanya atau berteriak dengan keras.

4. Mencari perhatian orang. Saat anak berada pada situasi dimana anak-anak tersebut tidak menerima perhatian yang cukup, maka anak akan mencari cara agar diperhatikan oleh orang yaitu dengan cara menggigitnya. Karena anak percaya bahwa cara ini cukup efektif untuk bisa mendapatkan perhatian dari orang lain.

5. Meniru apa yang dilihatnya. Anak-anak akan meniru apapun yang dilihatnya. Jika anak sering kali melihat tayangan atau kelakuan orang-orang yang suka menggigit, maka hal tersebut akan ditiru oleh anak. Karena anak-anak menganggap hal tersebut bukanlah sesuatu yang berbahaya.

6. Mau mendapatkan apa yang diinginkannya. Anak-anak berusaha untuk bisa mewujudkan semua keinginannya dan anak percaya bahwa menggigit adalah cara yang paling efektif untuk bisa mengontrol yang lainnya. Seperti jika menginginkan mainan atau teman bermainnya pergi dan membiarkannya sendiri, menggigit adalah cara tercepat untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.

Untuk menghentikan kebiasaan tersebut tidak bisa dengan cara yang keras, karena jika anak semakin dimarahi maka anak akan membuat kebiasaan tersebut semakin menjadi-jadi. Cara yang paling efektif adalah dengan berbicara secara baik-baik, gunakanlah kata-kata yang positif dan persuasif sehingga anak mau mendengarkan.

Jika mencari perhatian adalah alasan utama anak suka menggigit, maka orangtua harus memberikan waktu yang lebih banyak bersama sang anak, bisa dengan membacakan buku cerita atau bermain bersama.


@ Bila Kakak Cemburu Dengan Adiknya

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Anak butuh waktu beberapa lama untuk bisa menerima ada orang lain yang akan disayang oleh orangtuanya, sehingga terkadang kakak cemburu dengan adiknya sendiri. Hal ini juga yang biasanya menjadi pertimbangan beberapa orangtua mengenai jarak yang tepat untuk bisa memiliki anak lagi.

Banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh orangtua sebelum memiliki anak lagi, termasuk apakah sang kakak sudah menginginkan seorang adik untuk bisa diajak bermain. Rata-rata penyebab kakak cemburu dengan adiknya adalah karena merasa orangtua tidak akan sayang lagi dengan dirinya dan lebih memperhatikan atau menyayangi adiknya dibanding dirinya.

Membantu kakak untuk tidak cemburu dengan adiknya dan berusaha untuk menyayanginya merupakan salah satu proses pembelajaran untuk sang kakak. Peran orang tua sangat diperlukan untuk mengurangi percekcokan yang ada dan membantu kakak agar bisa memiliki ikatan yang erat dengan sang adik.

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi kecemburuan kakak terhadap adik barunya, seperti dikutip dari Babycenter, Senin (7/9/2009):

  1. Biarkan anak mengasuh dirinya masing-masing. Sang kakak pasti butuh waktu sampai bisa menerima kehadiran adiknya. Jadi biarkan kakak menyayangi sang adik dengan caranya sendiri, selama tidak membahayakan adiknya.
  2. Lihatlah setiap anak sebagai individual. Setiap anak menginginkan orang tua menyanyanginya dengan cara yang unik dan berbeda, misalnya bisa dengan betapa bangganya orang tua memiliki sang anak dan tidak ada duanya. Kata-kata tersebut bisa membuat sang anak lebih merasa dihargai sebagai individu. Dan jangan pernah membanding-bandingkan satu sama lain.
  3. Dengarkan keluh kesah sang kakak. Para ahli mengatakan hal terpenting bagi orang tua adalah mendengarkan segala macam keluh kesah sang kakak tentang kecemburuannya, kemarahannya atau perasaan terluka karena adanya sang adik dan jangan pernah mengabaikannya. Lalu berilah kata-kata yang bisa menenangkannya, bukan dengan memarahinya.
  4. Bantu mengatasi kemarahannya. Ada beberapa orang tua yang mengasumsikan bahwa anak yang satu lebih agresif dan berbahaya bagi anak yang lain, persepsi ini sangat tidak bagus. Orangtua harus memberikan dukungan terhadap semua anaknya, bisa dengan memberitahu bahwa menjadi terlalu agresif akan membuat hidup menjadi tidak bahagia. Penting untuk memberitahu bahwa jangan menyakiti satu sama lain.
  5. Ajaklah sang kakak untuk berbicara baik-baik. Ketika kakak menunjukkan kecemburuannya, ajaklah untuk berbicara secara baik-baik mengenai perasannya. Yakinkan dirinya bahwa apapun yang terjadi dirinya adalah seorang kakak yang hebat bagi adiknya dan orangtua bangga memilikinya.
  6. Mengingatkan bahwa saudara kandung adalah ikatan saudara selamanya. Kakak harus mengetahui bahwa keluarga adalah satu kesatuan yang utuh, setiap orang didalamnya membutuhkan satu sama lain. Jadi apapun yang terjadi seorang kakak tetap membutuhkan sang adik dan begitupun sebaliknya, serta tidak ada orangtua yang tidak sayang terhadap anaknya sendiri.

Semua hal yang terjadi membutuhkan proses, termasuk seorang anak dalam menerima kehadiran adik barunya. Untuk itu peran orangtua sangat penting bagi keduanya. Hal yang harus dipahami adalah jangan memberitahunya dengan cara membentak atau memarahinya, karena anak akan semakin menunjukkan rasa kecemburuannya terhadap sang adik untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.


@ Hukuman Pukul Pantat Buat si Kecil, Masih Perlukah?

Irna Gustia – detikHealth

Jakarta, Mengurus anak memang bukan pekerjaan gampang. Emosi orangtua seperti dikocok-kocok jika si anak mulai tidak disiplin, bermain hal-hal bahaya atau mengeluarkan kata-kata kotor.

Banyak orangtua memilih hukuman pukulan pantat untuk membuat anak jera karena menganggap pantat bagian paling tidak berbahaya? Tapi masih perlukah hukuman pantat? Apa benar hukuman pukulan pantat cukup efektif?

Banyak orangtua berpikir ketimbang memukul atau mencubit, hukuman pantat lebih aman karena pantat lebih empuk dan kalaupun dipukul hanya akan terasa sakit sebentar.

Tapi jangan salah, hukuman fisik apapun itu, pukulan pantat, sentil kuping atau mencubit tetap saja mengenai saraf otot atau saraf kulit. Apalagi sampai mencubit telinga disana ada sensor keseimbangan tubuh.

Psikolog dan pendidik anak, Foster W Cline MD dan Jim Fay dalam bukunya Parenting with Love and Logic: Teaching Children Responsibility seperti dikutip Minggu (6/9/2009) melihat hukuman pantat yang selama ini dianggap sebagai hukuman fisik paling ringan sangat tidak efektif diberikan.

Ketika orangtua kaget bercampur takut melihat anaknya bermain pisau atau colokan listrik, saking cemasnya orangtua biasanya langsung bereaksi cepat. “Mama bilang jangan main pisau, kamu bandel ya”, sambil memukul pantat anak.

Si anak biasanya akan langsung diam. Yang ada di pikiran anak setelah pantatnya dipukul masalah selesai. Jadi jika dia bermain pisau lagi paling akan dipukul pantatnya setelah itu tidak ada lagi masalah.

Pukulan pantat memang lebih mudah karena anak kecil diberi rasa sakit sebentar kemudian dilepaskan dari kesalahannya. Foster dan Jim menilai hukuman pukulan pantat atau fisik lainnya tidak mengajarkan anak menjalani hidup dengan konsekuensi atas perbuatannya.

Padahal anak cukup cerdas menyadari hukuman pukulan pantat adalah cara melepaskan diri dari kesalahan. Sebaiknya anak harus lebih dulu memikirkan masalah yang mereka perbuat.

Orangtua juga memberi tahu batasan apa yang boleh dilakukan dan menunjukkan pada anak tindakannya akan sangat merugikan dengan kalimat yang mengajak anak berpikir seperti “Coba kamu pikir kalau kamu terkena pisau kamu akan terluka, kamu akan sakit dan kamu tidak akan bisa bermain dengan temanmu”.

Anak juga biasanya cukup takut dengan hanya melihat raut muka orangtua yang serius atau membelalakkan matanya. Sebisa mungkin hindari anak dari hukuman fisik agar tidak meninggalkan trauma ketika ia dewasa.

Ada beberapa alasan kenapa sebaiknya orangtua menghindari pukulan pantat atau hukuman fisik lainnya:

  1. Mengajarkan konsekuensi yang logis jauh lebih kuat pengaruh yang tertanam pada pikiran anak ketimbang memukul pantat sehingga anak akan menyadari perbuatan tersebut salah karena ada risikonya.
  2. Pukulan di pantat terbukti gagal mengajarkan perilaku yang diinginkan orangtua. Anak malah berupaya coba-coba lagi mengulangi kesalahannya.
  3. Kebanyakan anak lebih suka menerima pukulan di pantat ketimbang memikirkan tindakan mereka yang keliru.
  4. Riset juga menunjukkan pukulan pantat mempunyai banyak efek samping negatif, seperti kemarahan, kebencian, balas dendam.

@ Perlukah Anak Diberi Uang Saku?

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Orang tua terkadang bingung apakah anaknya perlu diberi uang saku atau tidak? Karena banyak anak yang menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan yang tidak bergizi atau hal yang tidak berguna. Sebaiknya orang tua membedakan antara uang saku dengan uang jajan.

Pengertian uang saku untuk anak-anak berbeda dengan uang jajan. Uang saku adalah uang yang diberikan oleh orang tua dengan perencanaan uang tersebut digunakan seperti untuk transportasi atau tabungan anak. Sedangkan uang jajan adalah uang yang diberikan kepada anak untuk membeli jajanan berupa makanan dan minuman selama berada di luar rumah.

“Untuk situasi sekarang di mana iklan banyak beredar dan perkembangan makanan yang beragam, penting untuk memberikan anak uang saku tapi dengan jumlah yang disesuaikan untuk kebutuhan anak,” ujar Elly Risma Musa, Psi dari Brawijaya Women and Children Hospital saat dihubungi detikHealth, Rabu (2/9/2009).

Penting untuk memperhatikan jumlah uang saku anak-anak, karena sebagian besar jajanan yang dijual bebas di sekitar sekolah adalah makanan dan minuman yang tidak layak untuk dikonsumsi. Jajanan tersebut biasanya mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan anak nantinya.

Elly menambahkan bagaimana cara anak mengatur uang sakunya akan berdampak terhadap gaya hidup anak nantinya. Jika anak sudah dibiasakan untuk menabung sejak kecil, maka kebiasaan tersebut akan terus terbawa hingga dirinya dewasa. Yang terpenting adalah memberikan pengertian kepada anak mengenai kegunaan dari uang saku ini dan berikan fasilitas bagi anak untuk menabung yaitu dengan menyediakan kotak tabungan.

Orang tua tidak perlu setiap hari mengecek apakah anaknya sudah menabung atau belum, kalau anak sudah diberi pengertian kegunaan dari menabung untuk apa maka anak akan dengan sendirinya menabung.

Elly memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua dalam memberikan uang saku kepada anaknya:

Lihat jajanan apa yang diinginkan oleh sang anak sehingga bisa tahu berapa kebutuhan sang anak.

  1. Lihat juga transportasi apa yang digunakan oleh anak untuk pergi dan pulang sekolah.
  2. Jika anak sudah makan makanan yang mengenyangkan dan membawa bekal, maka beri pengertian kepada anak untuk menabung.
  3. Beri tahu anak bagaimana caranya mengatur uang sakunya.
  4. Beritahu anak makanan dan minuman apa saja yang boleh dikonsumsi dan yang tidak layak untuk dikonsumsi, serta ajarkan anak untuk selalu membaca kandungan dari jajanan tersebut.

“Kuncinya adalah jangan pernah membicarakan masalah keuangan di atas meja makan jika anaknya berusia di bawah 6 tahun. Karena akan mempengaruhi gaya hidup keuangan sang anak,” ujar psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

@ Mengajarkan Anak Bersikap Toleran

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Anak-anak biasanya bermain atau sekolah dengan teman-teman yang berbeda kebudayaan dan kebiasaan yang mengharuskan anak untuk lebih memiliki sifat toleransi terhadap sesama. Disinilah peran orang tua untuk menyiapkan hal tersebut dengan mengajarkan anak bagaimana hidup dengan orang-orang yang berbeda.

Toleransi adalah perilaku terbuka dan menghargai segala perbedaan yang ada dengan sesama. Biasanya orang bertoleransi terhadap perbedaan kebudayaa dan agama, namun konsep toleransi ini juga bisa diaplikasikan untuk perbedaan jenis kelamin, anak-anak dengan gangguan fisik maupun intelektual dan perbedaan lainnya.

Anak-anak biasanya belajar dari apa yang dilihat dan didengar dari orang tua dan orang-orang disekitarnya. Perilaku orang tua yang menghargai sesama akan dicontoh oleh anaknya, karena orang tua yang sering memperlihatkan sikap toleransinya setiap hari akan memberikan pengaruh yang besar terhadap anak sehingga anak akan lebih menghargai tentang perbedaan juga.

Berbicara bersama mengenai toleransi dan memberi contoh perilaku akan membantu anak menghargai arti dari perbedaan. Berilah kesempatan kepada anak untuk bermain dan bekerja sama dengan teman-temannya yang lain.

Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengajarkan anak tentang toleransi, seperti dikutip dari Kidshealth, Kamis (3/9/2009):

  1. Perhatikan perilaku orang tua. Bagi orang tua yang ingin mengajarkan anaknya toleransi harus memperlihatkan sikap menghargai terhadap orang lain dihadapan anaknya.
  2. Hati-hati dengan bahasa yang digunakan. Anak-anak selalu belajar dari apa yang didengar, untuk itu berhati-hatilah dalam berbicara dengan orang yang berbeda. Jangan membuat lelucon yang menyinggung suatu perbedaan, meskipun terdengar lucu tapi anak bisa mengikutinya.
  3. Selektif dalam memilih buku, mainan, musik, kesenian dan video. Tetap menjaga pikiran anak bahwa semua orang harus diperlakukan sama, tidak ada yang berbeda.
  4. Jawablah segala macam pertanyaan anak tentang perbedaan secara jujur dan dengan rasa hormat.
  5. Mulailah menghargai segala macam perbedaan tersebut dari anggota keluarga sendiri. Perlihatkan cara menghargai anak yang memiliki perbedaan kemampuan, ketertarikan maupun gaya.
  6. Memberitahu anak bahwa toleransi bukan berarti menghargai perilaku yang buruk. Anak harus diberi tahu perilaku seperti apa yang harus dihargai dan yang tidak perlu dihargai.
  7. Ajarkan anak tentang perasaan diterima, dihormati dan dihargai. Karena anak yang merasa dirinya buruk akan memperlakukan orang dengan buruk pula, sedangkan anak yang memiliki pertahanan tubuh serta rasa menghormati yang kuat akan memperlakukan orang dengan hormat juga.
  8. Berikan anak kesempatan untuk bermain dan belajar dengan populasi yang berbeda-beda, sehingga perasaan toleransi itu akan muncul dengan sendirinya.

Hal terpenting yang harus diajarkan kepada anak adalah perlakukan orang lain seperti anak ingin diperlakukan.

@ 6 Tanda Cinta Anak Kepada Ibu

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk menunjukkan rasa cintanya termasuk anak-anak. Anak-anak bisa melakukan apa saja sebagai bukti rasa cintanya terhadap sang ibu. Mau tahu apa saja tanda anak mencintai ibunya?

Tidak ada satupun di dunia ini seorang anak yang tidak mencintai ibunya, karena begitu besar perjuangan sang ibu dari sebelum melahirkan hingga melahirkan sang anak. Ada anak yang mengungkapkan langsung perasaan cintanya terhadap ibu, tapi ada juga yang mengatakannya lewat berbagai macam perbuatan.

Kadang ibu tidak tahu bahwa perbuatan tersebut adalah bukti cinta sang anak terhadap ibunya. Ini dia beberapa tanda cinta sang anak terhadap ibunya, seperti dikutip dari Babycenter, Rabu (2/9/2009):

  1. Bayi yang baru lahir menatap mata ibunya, sang bayi berusaha keras untuk mengingat wajah ibunya. Bayi yang baru lahir tidak mengerti mengenai hal yang lain di dunia ini, tapi bayi tahu bahwa ibunya adalah seorang yang penting untuknya.
  2. Bayi memikirkan sang ibu saat tidak ada di sampingnya. Bayi yang berusia 8 sampai 12 bulan mulai menunjukkan ekspresi wajahnya, saat ibunya tidak ada di dekatnya bayi akan mencari-cari dan tersenyum kembali saat melihat ibunya.
  3. Anak yang baru bisa berjalan, akan berlari ke arah ibunya saat jatuh atau merasa sedih. Anak kecil ini mungkin tidak terlalu mengerti dengan kata-kata “Aku cinta kamu” tapi apa yang dilakukannya bisa mengartikan lebih dari kata-kata tersebut.
  4. Anak memberikan bunga yang baru dipetiknya, gambar hati dari tulisan tangannya sendiri atau memberikan sesuatu yang lain sebagai tanda bahwa anak menyayangi ibunya melalui suatu pemberian.
  5. Anak meminta izin kepada ibunya setiap melakukan sesuatu. Perlakuan ini menunjukkan bahwa anak akan menuruti apa yang dikatakan sang ibu dan mulai bisa diajak kerja sama.
  6. Anak menceritakan mengenai rahasianya kepada sang ibu, seperti hal memalukan yang dilakukannya. Ini menunjukkan bahwa anak percaya pada ibunya dan tidak malu untuk menceritakan apapun yang terjadi pada dirinya serta tidak malu untuk berpelukan dengan sang ibu di muka umum.

Jika anak Anda melakukan salah satu hal tersebut di atas, berarti itu bukti bahwa sang anak mencintai ibunya. Anak-anak mungkin belum mengerti apa artinya cinta dan sayang, tapi anak tahu bagaimana menunjukkan tanda bahwa sang ibu sangat berarti baginya.


@ Pekerjaan Rumah Yang Harus Dihindari Saat Hamil

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Wanita yang sedang hamil tentu sangat menjaga kondisi tubuhnya, agar tidak terjadi sesuatu yang bisa mengganggu kehamilannya. Banyak orang yang bilang saat hamil muda jangan terlalu banyak bergerak, namun saat hamil tua perbanyaklah berjalan kaki sehingga bisa membantu proses persalinan.

Salah satu efek samping dari kehamilan yang paling umum terjadi adalah dorongan yang tidak terkendali untuk membersihkan segala macam debu dan merapikan segala hal yang terlihat berantakan. Boleh saja melakukan pekerjaan rumah asal tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu kehamilan.

Ada beberapa pekerjaan rumah yang tidak aman dilakukan oleh ibu hamil, jadi sebaiknya mengetahui tugas apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Berikut adalah beberapa pekerjaan rumah yang tidak aman dilakukan ibu hamil, seperti dikutip dari Babycenter, Selasa (1/9/2009), yaitu:

  1. Memindahkan perabotan atau perlengkapan rumah tangga. Ibu hamil masih boleh memindahkan perabotan yang ringan pada trimester pertama, tapi setelah itu sangat tidak dianjurkan untuk memindahkan perabotan rumah tangga yang berat-berat. Ibu hamil sudah memerlukan usaha yang cukup banyak untuk membawa janin dalam kehamilannya. Jika mengerahkan diri untuk mengangkat sesuatu yang berat, itu akan meningkatkan tekanan pada punggung yang bisa menyebabkan risiko cedera punggung. Tidak ada batas aman untuk bergerak selama kehamilan. Jika tetap ingin memindahkan perabotan, pastikan bahwa punggung telah terlindungi. Tekuk lutut dan jaga punggung tetap lurus ketika mengangkat. Namun, jika otot punggung lemah dan perut sudah membesar gunakanlah sabuk hamil, tapi lebih baik adalah meminta bantuan orang lain.
  2. Menghindari penggunaan obat semprot pembasmi serangga. Karena insektisida yang masuk ke tubuh akan dimetabolisme dan dibawa ke aliran darah menuju janin, sehingga berbahaya untuk perkembangan janin. Zat yang terkandung di dalamnya bersifat racun dan dalam jumlah yang besar akan berbahaya. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa zat-zat yang terkandung dalam pestisida tersebut berbahaya bagi kesehatan anak termasuk janin. Sebaiknya gunakan produk-produk yang tidak disemprot di udara, seperti meletakkan tanaman yang berfungsi untuk mengusir serangga karena tidak akan mungkin terhirup.
  3. Mengecat atau mempolitur perabotan. Sebaiknya jika ingin mengecat atau mempolitur perabotan rumah, tunggu dilakukan oleh orang lain atau menunggu sampai bayinya lahir. Kalau tidak bisa ditunggu, gunakan produk yang tidak mengandung pelarut berbahaya seperti toluen, hindari makan atau minum saat bekerja dengan produk tersebut, pergunakan sarung tangan dan masker serta berilah ventilasi udara yang baik. Ibu hamil juga tidak bagus berada di ruangan yang sedang di cat, karena bisa terpapar zat-zat kimia dari produk tersebut. Jika menghirup terlalu banyak maka akan mengalami pusing, sakit kepala dan kemungkinan sakit pada perut, jika mengalami itu segera keluar dan cari udara segar.
  4. Membersihkan kandang binatang peliharaan. Sebaiknya hindari membersihkan kandang binatang peliharaan selama hamil, karena berbahaya terkena toksoplasmosis yang ditularkan dari kotoran ataupun bulu binatang. Toksoplasmosis bisa menimbulkan gejala seperti flu pada orang dewasa, namun kadang tidak menimbulkan gejala apapun. Infeksi ini sangat berbahaya bagi ibu hamil terutama di awal-awal kehamilan, karena bisa menyebabkan masalah serius pada janin seperti kerusakan otak dan saraf. Untuk menghindari terinfeksi, jagalah kebersihan dari binatang dan kandangnya serta gunakan selalu sarung tangan, masker dan mencuci tangan setelah memegangnya.

Sebaiknya hindari kegiatan-kegiatan tersebut, lakukan segala macam kegiatan lainnya secara normal dan tidak berlebihan. Konsultasikan selalu dengan dokter jika terjadi keluhan atau hal yang mengganggu.

@ Bila Ayah Meredakan Tangisan Bayi

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Ibu yang menenangkan bayi sedang menangis adalah wajar karena hampir semua bayi dekat dengan ibunya. Tapi terkadang sang ayah justru lebih jago dalam hal menenangkan bayi yang menangis. Apa rahasianya?

Biasanya para ayah memiliki tips dan trik khusus dalam hal mengatasi bayi yang menangis. Jadi meski sibuk di urusan kantor, ayah juga sebenarnya mampu mendiamkan tangisan anak. Tapi masalahnya banyak ayah yang tidak mau terlibat dengan masalah bayi menangis.

Sementara si bayi kadang takjub melihat cara ayah mendiamkan tangisannya. Ayah kadang lebih atraktif dari gayanya menggendong, mengangkat-angkat, mimik wajah hingga suaranya yang membuat si bayi sangat terkesan. Berikut adalah beberapa cara yang digunakan ayah untuk mengatasi tangisan sang bayi, seperti dikutip dari Babycenter, Jumat (4/9/2009):

  1. Merasakan apa yang bayi rasakan. Seorang ayah biasanya tahu atau bisa menemukan darimana sumber sakit sang bayi. Mungkin hal ini terdengar tidak masuk akal, tapi kadang akal sehat ditinggalkan untuk mengatasi sesuatu.
  2. Menggendong dan mengayun-ayunkan. Bayi sangat suka sekali dengan gerakan-gerakan dan seorang ayah paling jago dalam hal membuat mengayun-ayunkan. Pada saat tersebut bayi akan merasa tenang dan tahu bahwa ada sang ayah yang akan melindunginya.
  3. Menghindari meletakkan di tempat tidur. Caranya dengan meletakkan bayi di bahu dan melingkarkan tangan mungilnya di leher sang ayah. Kemudian ayah akan bergerak perlahan-lahan ke depan, belakang dan kadang berputar-putar pelan. Saat seperti itu bayi akan merasa seperti terbang, namun tidak akan merasa takut karena ada sang ayah yang menggenggam dengan bayi dengan aman.
  4. Mengeluarkan suara dan membuat wajah lucu. Ayah pandai sekali mengubah-ubah mimik wajahnya sambil mengeluarkan suara yang lucu, sehingga akan mengubah tangisan bayi menjadi suara cekikikan yang menggemaskan. Trik ini bisa dengan cara meletakkan sesuatu di atas kepala dan menjatuhkannya sambil berkata, “Oh tidak, mereka jatuh lagi,” dengan mimik wajah yang lucu.
  5. Menggendong dan bernyanyi. Cara ini mungkin lebih mudah dibandingkan dengan cara lainnya. Ayah bisa menggendong sang bayi sambil menyanyikan lagu-lagu yang menenangkan seperti nina bobo atau lagu anak-anak lainnya.
  6. Meletakkan bayi di tubuh sang ayah. Taruh sang bayi di atas tubuh ayahnya, maka bayi akan merasa tenang dan damai. Bayi akan merasakan detak jantung, merasakan hembusan napas sang ayah dan bisa sesekali digoyang-goyangkan. Cara ini juga efektif untuk menidurkan bayi.

Untuk itu jangan anggap remeh peran seorang ayah, karena dalam hal tertentu ayah mungkin bisa melakukan sesuatu lebih baik dari siapapun. Dan ayah pastinya memiliki cara tersendiri untuk menenangkan tangisan sang anak.

@ Membantu Anak Keluar dari Jerat Obat-obatan

Vera Farah Bararah – detikHealth

Jakarta, Orangtua mana yang tidak sedih melihat anak yang dicintainya terjerumus ke dalam dunia obat-obatan. Semua orang tua pasti ingin membantu sang anak keluar dari dunia hitam tersebut. Untuk itu dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam menghadapi masalah ini.

Ketergantungan atau adiksi memiliki arti jika seseorang tidak bisa mengontrol atau berlebihan dalam menggunakan obat atau minuman. Seseorang yang sudah ketergantungan akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan barang tersebut. Ketergantungan ini bisa berupa ketergantungan fisik, psikologis atau keduanya.

Ketergantungan fisik berarti tubuh seseorang menjadi tergantung pada zat tertentu seperti merokok, obat-obatan dan alkohol. Hal ini juga berarti membangun toleransi terhadap zat yang dikonsumsi, jadi orang tersebut membutuhkan dosis yang makin besar untuk bisa mendapatkan efek yang sama. Jika berhenti menggunakannya akan timbul gejala seperti diare, tubuh bergetar dan perasaan yang menakutkan. Sementara ketergantungan psikologi biasanya terhadap obat-obatan emosional atau psikis.

Beberapa tanda yang menunjukkan seorang anak sudah ketergantungan obat, yaitu:

  1. Kehilangan ketertarikan dengan beberapa aktivitas.
  2. Bermasalah dengan tugas dan nilai-nilai di sekolah.
  3. Perubahan teman-temannya.
  4. Mulai mencuri atau menjual beberapa barang miliknya atau milik orang lain.
  5. Depresi dan mudah marah.
  6. Perubahan dalam pola tidur dan pola makannya yang mengakibatkan turunnya berat badan.

Tidak mudah untuk bisa keluar dari ketergantungan terhadap sesuatu termasuk obat-obatan. Banyak orang yang membawa anaknya ke konselor atau terapis untuk bisa mendapatkan perawatan agar terbebas dari ketergantungan tersebut.

Berikut beberapa tips untuk mengatasi anak yang mengalami ketergantungan, seperti dikutip dari Kidshealth, Selasa (8/9/2009):

  1. Jika anak tidak ingin bercerita dengan orangtuanya, mintalah bantuan temannya untuk mengajaknya bicara. Untuk itu carilah teman-teman yang 100 persen bisa mendukungnya, tapi bukan teman yang menjerumuskannya.
  2. Beritahu sang anak bahwa orangtua dan keluarga akan selalu ada kapanpun sang anak membutuhkannya. Meskipun anak membutuhkan orang pada malam hari ketika dirinya merasa ketakutan atau depresi dan membutuhkan teman bicara.
  3. Batasi pergaulan anak untuk tidak berhubungan lagi dengan teman-teman yang memakai obat-obatan. Tapi bukan berarti mengurung anak di rumah terus menerus, biarkan sang anak pergi dengan ditemani temannya yang bisa dipercaya.
  4. Agar anak benar-benar terbebas dari obat-obatan tersebut butuh waktu yang panjang dan lama. Tidak ada salahnya untuk mengajak anak bergabung dengan support group yang bisa membantunya tetap bersih, pilihlah support group yang khusus untuk anak-anak muda.
  5. Tularkan sikap optimistis dan tidak putus asa dari orangtua kepada sang anak. Jika orangtua menunjukkan sikap yang kuat dalam menghadapi masalah ini maka perasaan tersebut akan tertular ke anak. Jangan menunjukkan perasaan putus asa atau sedih dihadapan sang anak.

Satu hal yang harus dipahami oleh orangtua adalah untuk tidak memarahi atau mengomeli anak, yang dibutuhkan oleh anak adalah dukungan dari keluarga dan teman-temannya untuk bisa keluar dari ketergantungan tersebut.

 

Leave a comment