RSS

A’la Steve Jobs

Apple Inc telah menjadi salah satu kisah sukses di Wall Street. Namun, kematian Steve Jobs di usianya yang ke-56, menimbulkan pertanyaan, apakah ada perusahaan yang baik dan terpenting, pemimpin yang bagus.

Kesuksesan Steve Jobs tidak hanya tergantung pada inovasi iPhone, karena gadget hanya bagian dari cerita Steve Jobs. Ada fokus pada visi jangka panjang yang mengungguli perusahaan lain di AS.

Seperti pemakaian modal yang efektif untuk mengembangkan perusahaan dan melumpuhkan pesaing. Selain keinginannya untuk terhubung sepenuhnya dengan pelanggan, sehingga produk itu hampir akan menjual dirinya sendiri.

Inilah lima CEO lain yang juga memiliki pemikiran serupa dengan Steve Jobs:

1. James Sinegal, CEO Costco

Steve Jobs dan James Sinegal bak kacang dibelah dua. Terutama dalam hal membangun perusahaan dengan bisnis inovatif, fokus jangka panjang atas nilai pemegang saham dan mengaitkan konsumen dengan cara baru.

Sinegal adalah pendiri Costco dan telah memimpinnya sejak 1983. Inovasinya membuat Costco sebagai kelompok peritel pertama untuk makanan segar, klinik perawatan mata, farmasi, pompa bensin dan bisnis lain yang belum ada di industri ritel. Di bawah kepemimpinan Sinegal, saham Costco naik 2.800% dan telah membayar dividen sederhana sejak 2004.

Mungkin kualitas paling mirip Jobs, yang dimiliki Sinegal adalah keinginannya untuk menempatkan pengalaman konsumen di atas segalanya. Untuk pengecer, yang berarti layanan pelanggan. Ini berarti, karyaawan yang gembira dan termotivasi yang merasa memiliki saham di perusahaan. Sekitar empat dari lima pekerja Costco mendapat layanan kesehatan dan tunjangan, meskipun separuhnya masih paruh waktu. Upah rata-rata adalah US$ 19 per jam dan tidak ada PHK selama resesi.

Pendiri Costco bahkan mungkin setingkat di atas Steve Jobs. Banyak kritikus Apple memfitnah perusahaan melakukan outsourcing ke Asia, sementara Sinegal berhasil menciptakan pemimpin industri yang menawarkan upah untuk hampir 150 ribu orang AS.

Saham Costco mengungguli pasar dan berada di trek untuk mendapatkan keuntungan US$ 1,4 miliar. Namun, kesuksesan ini dipertanyakan kelanjutannya, menyusul lengsernya Sinegal akhir tahun nanti.

2. Jeff Bezos, CEO Amazon.com

Raksasa teknologi ini merupakan salah satu nama terbesar dalam teknologi yang telah merumuskan kembali seluruh industri. Berkat pendirinya, saham naik sekitar 12.700% sejak 1997. Padahal, saham Apple hanya naik sekitar 8.200% sejak 1997. Perusahaan ini dipimpin oleh Jeff Bezos.

Amazon adalah kisah keberhasilan pertama e-commerce. Meskipun orang berbicara tentang Kindle Fire sebagai pesaing iPad, sebenarnya adalah sebaliknya. Kindle asli tiba pada 2007, hanya beberapa bulan setelah iPhone lahir, di tengah ketidakpastian kelangsungan hidup “e-book”.

Menurut comScore, pada Juni 2011, Amazon dikunjungi 282 juta orang, atau 20,4% dari populasi online dunia. Ini berarti, 1 dari 5 orang dengan koneksi internet mengunjungi situs ini setiap bulan. Namun, Bezos merasa belum cukup. Kindle Fire memiliki hal nyata tentang persaingan di pasar tablet, dan pergerakan dalam video streaming dengan Amazon Prime bisa meraih momentum bagus. [mdr/bersambung]

ara CEO ini mempunyai kemampuan seperti Jobs untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham dan karyawan, serta menentukan industri mereka bagi pesaing dan konsumen.

3. Jim Skinner, CEO McDonald

CEO McDonald Corp Jim Skinner bukanlah pendiri perusahaan yang kini ia pimpin. Tapi ia memulai karirnya sebagai manajer trainee rendahan di restoran McDonald Illinois sekitar 40 tahun silam. Bila Steve Jobs menulis kode, sebelum menulis catatan kepada pemegang saham, Jim Skinner menghitung roti beku sebelum memasukkan dalam neraca McDonald.

Seperti Jobs, Skinner juga terpanggil dipanggil untuk merevitalisasi perusahaannya. Dari 2000 hingga 2003, harga saham McDonald turun drastis dari level di atas US$ 33 hingga ke US$ 13. McDonald berjuang menghadapi persepsi negatif, yakni makanan tidak sehat dan kondisi kerja buruk.

Namun rencana revitalisasi Skinner berhasil membantunya sebagai wakil ketua dan direalisasi ketika ditunjuk sebagai CEO pada 2004. Saham McDonald pun sekarang berada di US$ 87 per saham, hampir tujuh kali dari level terendah 2003.

Sebagian besar rencana Skinner adalah fokus pada pelanggan. Menu bertambah sehat, penambahan menu Dolar. Layanan 24 jam melalui drive-through, kopi di McCafe, akses Wi-Fi dan mendesain ulang toko besar pertama sejak 1970-an untuk kembali memenangkan pelanggan tetap. Dan itu berhasil.

Puncaknya adalah dividen. Pada 2003, dividen tahunan McDonald adalah 40 sen. Sekarang menjadi US$2,40, kenaikan 510% yang menakjubkan hanya dalam delapan tahun, sementara banyak perusahaan memangkas atau meniadakan dividen selama resesi! Alhasil, investor yang datang mungkin berpikir bahwa penciptaan dividen lebih mengesankan.

4. Larry Page, CEO Google

Larry Page adalah programer yang ikut mendirikan Google berdasarkan studi Ph.D nya di Stanford. Kreativitas dan tindakan berdasar pengalaman yang dilakukannya, sangat mirip Jobs, yang bahkan tidak lulus sarjana. Demikian pula misi perusahaan, yakni untuk mengatur informasi dunia dan membuatnya dapat diakses universal dan berguna. Itu adalah fokus pada pelanggan dan pengalaman pengguna.

Pencarian tak berujung Google terhadap inovasi patut dikagumi, ketika begitu banyak perusahaan menderita karena kurang kreativitas. Mungkin ada beberapa kegagalan, tapi siapa bisa berdebat dengan keberadaan Gmail dimana-mana? Lalu ada dominasi mutlak dari Google Maps, Iklan Google dan tentu saja, pencarian Google.

Meskipun saham belum ceria baru-baru ini, Google sudah melesat 375% sejak IPO di 2004. Sementara Indeks Dow Jones Industrial Average hanya naik 10%.

Jangan lupa bahwa Apple juga mencari bentuknya selama tahun-tahun awal. Mungkin yang paling mirip Jobs dari semua itu adalah kemampuan Page untuk menciptakan Next Big Thing, yang benar-benar akan membawa Google ke tingkat berikutnya. Apalagi Larry Page baru saja masuk sebagai kepala eksekutif pada April, mengambil alih dari Eric Schmidt. Ini bisa menjadi awal babak kedua perusahaan.

5. John C. Martin, CEO Gilead Sciences

CEO Gilead Sciences Inc John C. Martin adalah otak di balik salah satu perusahaan farmasi yang berkembang cepat di Wall Street sejak diambil alih pada 1996. Saham tersebut naik 2.700% selama 15 tahun. Sementara indeks Dow hanya naik 85% sejak 1996.

Gilead tidak hanya pengusaha yang cerdas. Seperti Jobs, ia menyerap pengetahuan teknis untuk memimpin suatu perusahaan yang sangat terkait dengan otak. Martin adalah lulusan Ph.D dalam kimia organik dari Universitas Chicago, dan meraih penghargaan dari American Chemical Society dan International Society for Antiviral Research.

Seperti Jobs, Martin memahami bagaimana mengambil risiko yang diperhitungkan dan menggunakan modal secara bertanggung jawab untuk tumbuh dan menekan pesaing. Setelah melesat karena suksesnya obat antivirus termasuk vaksin flu, pada 2006 Gilead melakukan akuisisi kualitas untuk masuk ke pasar kardiovaskular dan pernapasan yang menguntungkan.

Untuk inovasi masa depan, Gilead saat ini dalam pengujian Tahap III untuk empat pengobatan HIV / AIDS, dengan lebih dari satu percobaan Tahap I dan empat obat tambahan dalam periode pra-klinis. Jika salah satu paket perawatan berhasil mengatasi HIV / AIDS, maka Gilead akan benar-benar memiliki produk yang setiap bitnya memilki kekuatan global, seperti iPad.

 

Leave a comment